Pelatihan Menjahit, Membentuk Kaum Perempuan yang Kompetitif

Pelatihan menjahit merupakan kegiatan CSR pertama yang memfokuskan diri terhadap pemberdayaan kaum perempuan. Pelatihan yang diselenggarakan oleh BSP unit Sumut I, Sumatera Utara di Bakrie Club Kisaran, 2 Mei 2008 lalu.

Pelatihan yang akan berlangsung selama 6 bulan kedepan ini dibuka dengan sambutan dari Rubber Business Head PT BSP Tbk Kisaran H. Supatno Handoko dihadapan 80 peserta kursus menjahit. Dalam sambutannya, bapak berkumis ini mengurai kelakar “selagi orang Kisaran masih mau berpakaian, profesi menjahit tidak akan mati”.

Pembukaan Kursus Menjahit ini dihadiri oleh Bupati Asahan diwakili Asisten I Drs. Zulkarnaen, Business Unit Head PT BSP Tbk unit Sumut I Ir. Nahum Panggabean, Vice President CSR Suwandi, Direktur BSP Academy Ir. Lazwar Alda Pane, serta staff dan manajer PT BSP Tbk Unit Sumut I dan II.

“Pelatihan ini untuk pemberdayaan kaum perempuan sehingga kami sangat berharap peserta tidak hangat-hangat tahi ayam agar mampu survive di tengah kondisi ekonomi yang semakin sulit” tutur Supatno Handoko yang berharap program menjahit dapat memberikan keterampilan baru bagi peserta agar minimalnya mereka mampu memperbaiki baju keluarga sendiri.

Peserta Kursus Menjahit adalah kaum hawa yang berada di sekitar perusahaan, termasuk didalamnya istri karyawan BSP. Penetapan peserta pelatihan kali ini sesuai dengan kebijakan perusahaan, dimana masyarakat sekitar yang berada disekitar lokasi perusahaan dan keluarga karyawan dijadikan prioritas kegiatan CSR.

“Apa yang dilakukan PT BSP Kisaran terhadap masyarakat di sekitar perkebunan sejalan dengan visi dan misi Pemkab Asahan, saya berharap kursus menjahit ini mampu meningkatkan pendapatan keluarga” tutur Drs.Zulkarnaen. Ia memotivasi seluruh peserta agar memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya dan berusaha membuat produk seunik mungkin agar produknya dapat dipamerkan dalam pameran UKM yang ditangani oleh dinas perindustrian kabupaten Asahan.

“Penciptaan lapangan pekerjaan dan pemberian pelatihan bertujuan untuk pemberdayaan perempuan, serta membantu perempuan agar survive di tengah kondisi ekonomi yang kian sulit. Inilah yang diharapkan dari terselenggaranya pelatihan oleh perusahaan” jelas Suwandi yang meyakini, bila peserta serius dan disiplin maka dalam waktu 3 bulan mereka sudah mampu berpraktek menjahit.

Pengajar dalam program menjahit kali ini adalah Darmawati, 55 tahun, yang telah memubuka pelatihan menjahit sejak tahun 1980. Kini, jumlah murid yang telah dibinanya sudah tak terhitung lagi jumlahnya “mencapai ribuan orang” tuturnya.

“Ada kepuasan tersendiri melihat orang bisa menjahit dan menghasilkan uang dari belajar” tutup ibu 2 anak yang banyak mendapat penghargaan dari Dinas Tenaga Kerja dan pemerintah setempat.

Leave a comment

No comments yet.

Comments RSS TrackBack Identifier URI

Leave a comment